Ditulis oleh: Sausan Fauziah Zahra
Di era globalisasi digital yang semakin luas, kehadiran platform teknologi besar telah memunculkan perdebatan serius mengenai peran mereka terhadap identitas dan perekonomian lokal. Fenomena ini sering disebut dengan “kolonisasi digital”, sebuah istilah yang mencerminkan kuatnya dominasi entitas digital global dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.
Kolonisasi digital tidak hanya mengubah akses terhadap informasi atau pengalaman digital, tetapi juga berdampak besar pada budaya, nilai-nilai lokal, dan struktur ekonomi pada tingkat mikro dan makro. Rumusan masalah ini mencoba mendekati pertanyaan kritis: apakah dominasi platform teknologi dapat dianggap sebagai bentuk kolonisasi baru dan bagaimana pengaruhnya terhadap identitas dan perekonomian masyarakat lokal?
Perkembangan teknologi telah menjadi pendorong penting perubahan sosial, ekonomi, dan budaya di seluruh dunia. Di tengah revolusi digital ini, platform teknologi besar memainkan peran penting sebagai penghubung antara individu, bisnis, dan informasi. Namun, pertumbuhan eksplosif ini menimbulkan pertanyaan etika dan sosial tentang bagaimana keberadaan platform besar ini dapat mempengaruhi kemandirian komunitas lokal dan UMKM.
Dalam beberapa dekade terakhir, platform-platform ini telah menjadi arsitek utama interaksi manusia-dunia maya, sehingga menciptakan ekosistem digital yang tak terelakkan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana keberadaan mereka menciptakan struktur kekuasaan digital yang mempengaruhi distribusi sumber daya, pengaruh budaya, dan keberlanjutan ekonomi masyarakat lokal.
Mengidentifikasi isu tata kelola platform teknologi sebagai bentuk kolonisasi digital, esai ini mengkaji dampaknya terhadap identitas lokal dan perekonomian UMKM. Dengan menganalisis secara rinci peran platform besar dalam membentuk kehidupan masyarakat lokal, kita dapat lebih memahami kompleksitas tantangan yang dihadapi masyarakat di era digital yang terus berkembang.
Kolonisasi digital mengacu pada fenomena di mana platform teknologi besar, yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan global, memiliki kendali signifikan terhadap akses terhadap informasi, budaya, dan perekonomian di berbagai komunitas lokal. Hal ini mencakup posisi dominan dalam menciptakan tren media, mengakses informasi, dan membentuk standar digital.
Kolonisasi digital juga mencakup kemampuan platform ini untuk mengumpulkan, mengontrol, dan memonopoli informasi, sehingga memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku dan keputusan komunitas lokal. Oleh karena itu, kolonisasi digital tidak hanya melibatkan perluasan bisnis, tetapi juga pemantauan dan pengelolaan komunikasi digital sehari-hari.
Dalam konteks ini, komunitas lokal sering kali merasa terdorong untuk mempengaruhi atau mengendalikan dampak tata kelola platform, sehingga menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang dapat melemahkan ketahanan dan keberagaman lokal.
Meskipun kolonisasi digital memiliki banyak kesamaan dengan kolonisasi konvensional, hal ini tidak sepenuhnya analog dengan kolonisasi fisik yang dialami oleh beberapa negara di masa lalu. Analogi ini memberikan kerangka kerja yang berguna untuk menggambarkan kedalaman dominasi platform teknologi.
Kolonisasi digital menciptakan kesenjangan dalam pengelolaan sumber daya digital seperti halnya kolonialisme tradisional yang menyebabkan pengelolaan sumber daya alam. Mirip dengan penjajahan tradisional yang memperkenalkan norma dan nilai asing, penjajahan digital juga menciptakan norma digital yang mungkin tidak selalu sesuai dengan budaya lokal. Mirip dengan eksploitasi ekonomi pada masa kolonialisme, kolonisasi digital menciptakan disparitas manfaat ekonomi antara platform global dan bisnis lokal. Sama seperti sebuah negara jajahan yang seringkali bergantung pada kota metropolitan, komunitas lokal yang menguasai platform teknologi bisa menjadi terlalu bergantung pada keberadaan dan praktik platform tersebut.
Penggunaan media sosial dan konten digital telah mengubah cara masyarakat lokal memandang dan mempertahankan identitas budaya. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memainkan peran penting dalam membentuk kisah budaya dan gaya hidup, yang sering kali menciptakan tren dan standar kecantikan baru.
Media sosial menyediakan platform bagi ekspresi individu, namun juga dapat menyebabkan perbedaan budaya menjadi stereotip. Paparan gaya hidup dan tren tertentu dapat menciptakan ekspektasi tertentu mengenai seperti apa seharusnya tampilan atau nuansa suatu budaya.
Ketergantungan pada platform global dapat menghasilkan homogenisasi dalam konten dan gagasan budaya. Ini menimbulkan risiko hilangnya keberagaman dan karakteristik unik dari identitas lokal.
Dengan arus informasi yang tak terbatas, nilai-nilai tradisional dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan keberadaannya dalam masyarakat lokal. Kontroversi muncul ketika norma-norma global menggantikan atau mempengaruhi nilai-nilai tradisional, yang dapat menciptakan pergeseran budaya yang signifikan.
Perebutan nilai tradisional dengan norma global seringkali menimbulkan ketegangan sosial. Perubahan norma sosial dapat menyebabkan perubahan kebiasaan sehari-hari dan pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Hal ini seperti yang dikatakan oleh pengamat ekonomi digital dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, yang berpendapat bahwa kebiasaan konsumsi masyarakat sebetulnya sudah beralih sebelum pandemi, dari yang berbelanja ke toko konvensional beralih ke online shop.
Beberapa komunitas mungkin menolak perubahan budaya, sementara komunitas lainnya mungkin beradaptasi dan mencoba mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan norma-norma global. Analisis komprehensif mengenai implikasi identitas lokal mencakup fakta bahwa platform digital dan konten online memainkan peran sentral dalam membentuk narasi budaya. Hal ini juga melibatkan eksplorasi kompleksitas konflik dan tantangan yang muncul sebagai pengaruh global terhadap nilai-nilai lokal.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memiliki pengertian sebagai Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang. Sebagian besar UMKM di Indonesia merupakan usaha rumahan yang padat karya. Berdasarkan informasi Kementerian Koperasi dan UKM, terdapat 65,4 juta UMKM di Indonesia pada tahun 2019. Jumlah unit usaha mencapai 65,4 juta dan mampu menampung 123,3 ribu karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dan kontribusi UMKM dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Peningkatan partisipasi pekerja di UMKM akan membantu mengurangi pengangguran di negeri ini.
Untuk membangun perekonomian negara, Pak Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia mengeluarkan pedoman pengembangan usaha kecil dan menengah untuk naik tingkat dan modernisasi koperasi. Peran UMKM dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar dan jumlahnya mencapai 99% dari seluruh unit usaha. Selain itu, pangsa UMKM dalam produk nasional bruto sebesar 60,5% dan dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 96,9% dari penyerapan tenaga kerja seluruh negeri.
UMKM lokal seringkali menghadapi persaingan tidak seimbang dengan platform besar di ekosistem digital. Platform yang lebih besar memiliki sumber daya finansial dan teknis yang tak tertandingi, sehingga memberi mereka keunggulan dalam visibilitas, distribusi, dan pemasaran.
UMKM lokal mungkin kesulitan memasuki pasar global dan nasional karena terbatasnya sumber daya untuk bersaing dengan kampanye pemasaran dan periklanan besar dari platform besar. Beberapa UMKM lokal mungkin terlalu bergantung pada platform besar untuk menjangkau pelanggan, sehingga menciptakan ketidakpastian finansial seiring dengan perubahan aturan dan praktik platform.
Dominasi platform besar dapat mengubah model bisnis UMKM lokal dan menimbulkan pertanyaan serius mengenai keberlanjutan finansial mereka. Ketidakpastian terkait perubahan algoritme, kebijakan tarif, atau persyaratan operasional platform besar dapat menciptakan ketidakpastian finansial bagi UMKM lokal. Monopoli atau dominasi platform besar dapat menyebabkan hilangnya keberagaman bisnis lokal. Ketergantungan yang berlebihan pada satu atau lebih platform dapat merugikan ekosistem bisnis lokal.
Menghadapi dominasi platform teknologi, masyarakat lokal sering kali menyadari ancaman yang muncul dan mulai merespons dengan cara yang berbeda. Aktivis dan organisasi masyarakat mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesadaran tentang kolonisasi digital. Aktivis digital dan organisasi komunitas dapat memulai perdebatan tentang pentingnya keadilan digital dan dampak tata kelola platform. Mereka dapat memperjuangkan hak-hak komunitas lokal di ruang digital dan menuntut transparansi dari platform-platform besar. Komunitas lokal dapat mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan literasi digital dan membantu individu dan UMKM mengelola kehadiran digital mereka dengan cara yang lebih bermakna.
Komunitas lokal sering kali merespons kontrol platform dengan mencoba melestarikan identitas dan keberlanjutan ekonomi lokal. Beberapa komunitas mungkin mencoba mengembangkan platform digital mereka sendiri yang dikelola dan dimiliki secara lokal. Hal ini dapat membuka peluang baru bagi UMKM dan individu untuk berpartisipasi dalam ekosistem digital tanpa harus bergantung pada platform global. Menyadari pentingnya pengadaan lokal dapat mengarah pada kampanye untuk mendukung UMKM lokal. Inisiatif ini dapat membantu membalikkan dampak negatif dominasi platform besar dengan memprioritaskan ekonomi lokal. Analisis lebih lanjut tentang bagaimana aktivis dan komunitas lokal merespons penjajahan digital dapat memberikan wawasan berharga mengenai peluang perubahan positif dan upaya kolektif untuk membangun kembali identitas dan perekonomian lokal.
Komunitas lokal dapat mengeksplorasi dan menerapkan inisiatif untuk mengembangkan platform digital mereka sendiri yang mendukung keberlanjutan ekonomi dan identitas budaya lokal. Masyarakat dapat bekerja sama untuk mengembangkan infrastruktur digital lokal, termasuk menyediakan konektivitas internet yang lebih baik, pelatihan teknologi, dan layanan dukungan untuk UMKM.
Partisipasi negara dan sektor swasta dalam mendukung pengembangan platform lokal dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan. Kemitraan strategis antara platform besar dan UMKM lokal dapat menjadi solusi seimbang untuk memitigasi dampak negatif dominasi platform. Platform besar dapat memberikan akses yang lebih baik ke UMKM lokal, sehingga memfasilitasi masuknya mereka ke pasar yang lebih luas. Dukungan berupa pelatihan, promosi penjualan dan dukungan finansial juga dapat meningkatkan daya saing UMKM.
Pemerintah dapat berpartisipasi dalam membuat kebijakan yang mendorong kemitraan yang adil dan saling menguntungkan antara platform besar dan bisnis lokal. Seperti, meningkatkan pajak bagi barang impor, pemberian suntikan dana, pembatasan kuota pasar luar negeri dan sebagainya. Hal ini memerlukan rancangan kebijakan yang mendukung inklusi dan keberlanjutan perekonomian lokal. Melalui diversifikasi dan kolaborasi, komunitas lokal dapat menemukan solusi yang menyeimbangkan antara penggunaan teknologi yang pesat dengan identitas dan perekonomian lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahya, H., & Majapahit, S. A. (2018). Kajian Penerapan Teknologi Informasi Pada UMKM Sebagai Upaya Memperluas Pasar Produk Lokal. Konferensi Nasional Sistem Informasi (KNSI) 2018.
Avriyanti, S. (2022). Pengaruh Inovasi Produk Dan Teknologi Informasi Terhadap Perkembangan Usaha (Studi Pada UMKM Bidang Kuliner Di Kabupaten Tabalong). PubBis: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis, 6(1), 61-73.
Opti, S. (2023). PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA UMKM. Jesya (Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah), 6(1), 704-713.
Priyono, M. B., & Sari, D. P. (2023). Dampak Aplikasi Tiktok Dan Tiktok Shop Terhadap UMKM Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(17), 497-506.
Chusumastuti, D., Zulfikri, A., & Rukmana, A. Y. (2023). Pengaruh Digital Marketing dan Kompetensi Wirausaha Terhadap Kinerja Pemasaran (Studi ada UMKM di Jawa Barat). Jurnal Bisnis dan Manajemen West Science, 2(02), 83-93.
Chusumastuti, D., Zulfikri, A., & Rukmana, A. Y. (2023). Pengaruh Digital Marketing dan Kompetensi Wirausaha Terhadap Kinerja Pemasaran (Studi ada UMKM di Jawa Barat). Jurnal Bisnis dan Manajemen West Science, 2(02), 83-93.
Ardiansyah, W. M. (2023). Peran Teknologi dalam Transformasi Ekonomi dan Bisnis di Era Digital. JMEB Jurnal Manajemen Ekonomi & Bisnis, 1(1).
Posting Komentar